Sabtu, 25 Desember 2010

Pemuda sebagai Tongak Penerus Bangsa

“KALAO PEMOEDA SOEDAH BERUMOER 21, 22 SAMA SEKALIE TAK BERDJUANG, TAK BERTJIETA-TJITA, TAK BERGIAT OENTOEK TANAH AIR DAN BANGSA, PEMOEDA JANG BEGIENIE BAEKNJA DIGOENDOELI SADJA KEPALANJA”

– PESAN BOENG KARNO –

Mahsiswa merupakan sebuah tingkatan strata tertinggi didalam sebuah komunitas masyarakat, karena kemampuan mereka dalam menyelami berbagai ilmu pengetahuan yang tentunya nanti akan berdampak pada kemajuan sebuah peradaban dalam sebuah bengsa. Mahasiswa merupakan sebuah komunitas atau agen untuk merubah berbagai bentuk ketertinggalan, keterbelakangan dalam masyarakat menuju era yang tentunya lebih bermartabat dibanding sebelumnya. Tentunya disatu pihak kita sebagai kaum terpelajar yang selalu dianggap memiliki kapasitas keilmuan yang cukup memadai di berbagai bidang keahlian dibanding mereka yang tidak menyandangnya label “mahasiswa”. Tapi disatu pihak, kita sebagai seorang mahasiswa juga memiliki sebuah tanggung jawab besar, tanggung jawab yang tentunya akan kita hadapi untuk menyongsong masa depan negeri ini kearah pencerahan.

Sedikit saya ingin berbagi ingatan kepada kawan-kawan mahasiswa tentang sejarah para pemuda yang dengan gigih berjuang untuk mencapai sebuah pengakuan dunia bahwa Indonesia itu ada. Bertepan dengan bulan ini, pada tanggal 28 oktober, 81 tahun yang lalu, para pemuda dari berbagai daerah di Nusantara berkumpul menjadi satu dengan menanggalkan segala bentuk kedaerahan masing-masing dan melebur menjadi satu yaitu Indonesia. Tentunya kita semua masih ingat akan peristiwa yang sungguh sangat menkjubkan tersebut. Dari peristiwa agung tersebut, tentunya kita semua dapat mengambil sebuah contoh kegigihan para pemuda Indonesia saat itu untuk membentuk sebuah kesatuan yang kemudian ditindak lanjuti dengan perjuangan sampai pada titik darah penghabisan dan sampai memperoleh kemerdekaan. Tentunya itu bukan sebuah perjuangan yang mudah dilakuakan seperti halnya membalikkan tangan, tetapi butuk kerja pikiran dan seluruh organ dalam badan untuk mencapai sebuah kemenangan.

Dari sedikit cuplikan mengenai keberanian para pemuda tersebut, kita sebagai kaum intelektual juga sebagai pemuda Indonesia, sekarang ini tentunya harus lebih cermat lagi terhadap berbagai kondisi yang sedang melanda negeri ini. Selain kita belajar di kampus ini, setidaknya kita juga sedikit melirik terhadap berbagai persoalan yang sedang terjadi, mulai dari berbagai bencana alam yang melanda negeri ini, kondisi carut marut yang tak kunjung usai dalam pemerintahan republik ini, dan juga segala sesuatu yang kita jumpai disekitar kita. Itulah nantinya yang akan membedakan antara mahsiswa dengan pelajar yang lainnya. Bahwasanya seorang mahasiswa tidak hanya mementingkan pencpaian gelar akademik, tetapi juga kepedulian dan kontribusi kita semua terhadap lingkungan yang ada di sekitar kita atau masyarakat kita dan lebih jauh lagi terhadap Tanah Air ini.

Tidak dapat saya pungkiri memang benar, zaman in adalah zaman yang sangat sulit untuk mencari sebuah penghidupan, dan kita semua disini juga dituntut untuk cepat menyelesaikan studi dan segera mendapatkan penghasilan yang layak. Saya tidak menafikkan itu semua, tetapi apakah dengan proses yang begitu cepatnya ada sebuah jaminan bahwa nantinya setelah selesai kita akan langsung menggenggam pekerjaan yang banyak memberi materi kekayaan pada kita?? Itu masih menjadi sebuah tanda tanya besar yang mengisi otak saya.

Kawan-kawan mahsiswa, setidaknya kita sadar diri akan status kita sebagai mahasiswa yang tentunya seperti telah saya sebutkan diatas bahwa kita semua memliki tanggung jawab ganda. Selain tanggung jawab kita untuk tetap semangat dalam belajar, kita juga harus memiliki semangat juang untuk mengentaskan kebobrokan yang terjadi di sekitar kita entah itu dalam bentuk apapun. Kita dapat mencontoh berbagi tokoh pejuang yang sampai detik inipun masih tetap mengabdikan diri mereka demi sebuah “kebebasan” hakiki. Sebenarnya kontribusi riel macam itulah yang sangat ditunggu-tunggu berbagai pihak, berbagai elemen dalam masyarakat. Bukan status gelar kita.

Sunguh ironis ketika kita memeprhatikan mahasiswa yang hanya mementingkan kepentingan individual mereka tanpa mau sedikitpun berpaling pada kondisi nyata yang ada disekitar mereka. Sepertinya efek dari ideologi pragmatis – kapitalis telah benar-benar tertanam pada diri mahasiswa macam ini. Mahsiswa yang hanya mencri nilai, mencari kesenangan tanpa peduli kawan-kawan lain yang meronta kesakitan, tanpa mau peduli hiruk pikuk yang terjadi dalam sebuah tatanan masyarakatnya yang berujung pada penentuan nasib mereka juga. Apakah kita hanya akan hidup sendiri di dunia ini kawan? Tentunya kita akan hidup menjadi bagian dari lingkungan kita bukan? Kita akan selalu bersentuhan dan berdampingan dengan masyarakat kita. Kita tidak bisa memungkiri itu semua. Bahwa kita adalah bagian integral dari susunan masyarakat.

Pemuda adalah sebuah aset yang yang sangat menggiurkan bagi para orang-orang yang ingin mengembangkan bisnis mereka. Bila kita tidak bangkit mulai dari sekarang, selamnya kita tentu akan selalu dijadikan alat untuk mereka dalam menumpuk kekayaan mereka. Apa kita mau hanya menjadi budak dinegeri kita sendiri? Apa kita mau menjadi seperti seekor hewan buas yang dicolok hidungnya? Yanmg hanya tunduk-manut terhadap kondisi yang semakin hari semakin carut marut seperti ini? Saya yakin 100% bahwa kita semua tidak mau dijadikan alat. Tetapi bagaimana nantinya kita mampu mengemabangkan diri kita semaksimal mungkin untuk mencapai kehidupan layak bagi kita, bagi saudara-daudara kita, bagi kekasih kita dan bagi siapaun yang kita sayangi didunia ini. Untuk itu mulailah bergerak untuk merubah keadaan untuk lebih baik dibanding saat ini.

Dalam tubuh seorang pemuda, terdapat semangat yang berkobar-kobar untuk membuktikan dirinya kepada dunia akan eksistensinya. Tapi apakah semangat macam itu ada pada diri kita, ketika kita tak lagi mau tahu terhadap nasib sesama? Apakah eksistensi tersebut akan muncul, jika kita hanya berangkat ke kampus, isi absen kemudian dapat nilai “A”, kemudidan pulang lagi kerumah, tidur, maen-maen dan bersenang-senang. Jika pemuda bangsa ini hanya seperti itu maka “fantadhiru as sa’ah”, kehancuran bangsa ini akan semakin cepat, kharisma bangsa ini akan semakin hilang dimata dunia. Kita semua para pemuda atau lbih tepatnya yang menyandang status mahasiswa merupakan agen perubahan tatanan masyarakat. Kita adalah pilar terdepan dalam mengontrol kehidupan masyarakat kita.

Kesadaran dari tiap-tiap kita untuk selalu perduli terhadap isu-isu yang berkembang dalam masyarakat nantinya akan sangat mempengaruhi kemana arah kita akan bergerak. Semoga semangat pemuda yang pada era perjuangan melawan colonial mampu kita tumbuh kembangkan lagi sehingga mampu berkobar dengan hebatnya dan hadir kembali dalam jiwa kita semua, sehingga semangat untuk kembali menunjukkan keagungan Indonesia di mata dunia akan semakin berkobar di dalam jiwa putra-putri ibu Pertiwi.

Semoga Tuhan merestui!!!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar