Sabtu, 14 Agustus 2010

Luka Nasionalisme


Pilar Nasionalisme

MOMENTUM proklamasi kemerdekaan pada 17 agustus 1945 merupakan titik yang sangat signifikan bagi kemunculan bangunan nasionalisme, kesadaran untuk bersatu, serta menyatukan keinginan bersama untuk merekatkan elemen-elemen yang berbeda dalam satu naungan negara-bangsa yang bernama Indonesia yang telah lama tumbuh selama puluhan tahun dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda.Dari momentum proklamasi kemerdekaan tersebut, paling tidak terdapat dua faktor yang sangat signifikan bagi investasi Indonesia. Pertama, pemuda yang menunjukkan peran dan eksistensinya secara jelas untuk menjadi tonggak perubahan yang heroik bagi tercapainya kemerdekaan dan perjalanan kenegaraan serta kebangsaan Indonesia Pada konteks tersebut, semakin menegaskan bahwa pemuda memiliki posisi strategis dalam menggerakkan perubahan dan menciptakan sejarah baru bangsa ini atau paling tidak menjadi penggerak perubahan sejarah Indonesia. Hampir seluruh sejarah yang tercipta di negeri ini dilakukan atas peran serta pemuda, seperti gerakan 1908, 1928, 1945, 1966, hingga 1998. Fenomena tersebut sekaligus menunjukkan betapa signifikannya keberadaan pemuda dalam konteks keindonesiaan.

Kedua, dari lembaran sejarah Indonesia berikutnya, secara faktual tertoreh kontribusi daerah-daerah dalam proses terbentuknya dan terpeliharanya konstruksi nasionalisme Indonesia. Melalui peran, komitmen, dan kesadaran yang tulus dari daerah, bingkai persatuan dan kesatuan nasional, dalam kerangka mewujudkan kemerdekaan dan memaknai arti kemerdekaan, sebagai pijakan bagi pembangunan bangsa yang menghimpun secara harmonis elemen-elemen daerah, dalam tujuan dan cita-cita bersama: memajukan Indonesia, dapat disepakati, dan diimplementasikan secara bersama. Komitmen dan ketulusan daerah dalam proses terbangunnya bangsa ini sangat tidak pantas untuk dipertanyakan kembali.

Substansi Nasionalisme Indonesia yang dibangun saat itu mempunyai dua unsur yang sangat penting: Pertama; kesadaran mengenai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri atas banyak suku, etnik, dan agama. Kedua, kesadaran bersama bangsa Indonesia dalam menghapuskan segala bentuk penjajahan dan penindasan dari bumi Indonesia. Semangat dari dua substansi tersebutlah yang kemudian tercermin dalam Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 dan dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan dengan jelas dinyatakan “atas nama bangsa Indonesia”, sedang dalam Pembukaan UUD 1945 secara tegas dikatakan, "Segala bentuk penjajahan dan penindasan di dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."

Imperialisme yang begitu dahsyatnya telah menghancurkan tatanan kehidupan bangsa benar-benar telah menumbuhkan semangat untuk bersatu. Dengan demikian lahirnya bangsa Indoensia, meluap dari hati nurani yang ingin bebas, merdeka, menikmati otonomi individunya dalam kehidupan semesta. Kesadaran inilah yang telah membangun tekad founding fathers untuk menyatukan kepelbagaian kelompok-kelompok yang ada di bumi nusantara ini, menjadi suatu bangsa yaitu Indonesia.


Pemuda dan Nasionalisme

Teriakan kata “Merdeka” untuk menyambut hari peringatan kemerdekaan terdengar dari seantero nusantara. Indonesia baru saja merayakan pesta besar nasional, pesta kemerdekaan, pesta ulang tahun deklarasi proklamasi kemerdekaan indonesia yang ke 65. Tak terasa ternyata sudah cukup lama negeri ini menyandang status merdeka.

Kita semua rakyat Indonesia tentunya bangga dengan peran para pejuang yang telah menyumbangkan dan berperan aktif dalam membentuk dan mengankat harkat dan martabat negara Indonesia sehingga dunia mengakui eksistensi Indonesia Raya. Tanpa mereka semua dan tanpa adanya dukungan dari seluruh rakyat nusantara dan elmen bangsa tentunya hal itu akan sangat sulit untuk terwujud. Itulah sedikit makna yang terkandung dalam peringatan kemerdekaan yaitu mengingat kembali akan kerja keras para pendahulu, para founding father bangsa Indonesia.

65 tahun sudah kita merasakan kemerdekaan ini, perang fisik yang dulu dengan sangat gencar dilakukan oleh seluruh penghuni Ibu Pertiwi untuk merebut bangsa ini dari tangan kotor kolonialisme untuk mencapai kemerdekaan kini tak lagi terjadi. Tapi dibalik itu semua kita yang memiliki tanggung jawb bersama untuk selalu mejaga keutuhan bangsa Indonesia telah banyak terlena dan hanyut dalam status kemerdekaan ini sehingga banyak dari diri kita tak lagi tahu apalagi mengenal akan jasa luhur para founding father republik Indonesia. Kita telah dibutakan oleh zaman yang serba indah untuk di rasakan dalam waktu dekat ini, tapi kita tak lagi tahu apa nasib kedepan bangsa ini. Pragmatisme, individualisme telah merasuk sampai ke jantung negeri ini. Bangsa yang dulu banyak disegani karena keramah-tamahannya kini tak lagi dapat menunjukkan sikap ramah kepada siapapun, bahkan antar sesama penghuni bangsa. Sungguh hal ini adalah hal yang sangat ironis, yang patut kita tata ulang lagi agar semua elmen bangsa ini menyadari kembali akan jati diri bangsa Indonesia. Moralitas bangsa kita saat ini benar-benar dipertanyakan. Ada sepenggal kisah menarik tentang “moral’ yang ditulis oleh Djenar Maesa Ayu: “... kemarin saya melihat moral disebuah etalase sebuah toko. Harganya seribu rupiah. Tapi karena saya tertarikdengan rok kulit mini seharga satu juta sembilan ratus smbilan puluh delapan ribu delapan ratus rupiah, ahirnya saya menunda untuk membeli moral...”.

Para pemuda indonesia, kita semua adalah agent of change negeri ini. Kita semua yang diberi kelebihan berupa fisik yang masih cukup kuat, otak yang masih cemerlang untuk menggagas masa depan, untuk berpikir tentang nasib kedepan negara ini, kita semua harus mulai menyadari bahwa bangsa ini telah dirong-rong malapetaka dari dalam diri sendiri. Kita terlalu silau oleh kemerdekaan yabg bekum seutuhnya terealisasikan sehingga kita enggan untuk meraih kemerdekaan hakiki itu sendiri, kemerdekaan jiwa dan diri kita dari kolonialisme gaya baru yang telah tersebar seperti virus dan kuman penyakit yang menggeragoti ibu pertiwi. Tentunya kita semua mengetahui, seakan-akan bangsa ini kini di rundung duka yang amat mendalam, dimulai dari banyaknya bencana yang melanda daerah-daerah di tanah air, banyaknya kemiskinan yang dibarengi penurunan moral dan banyaknya pengangguran yang mengakibatkat tingkat kriminalitas meningkat, tumbuh dan berkembangnya ideologi yang siap mengganti asas dasar indonesia – Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 – dan tentunya masih banyak lagi hiruk pikuk yang semankin menurunkan harkat martabat negeri ini.

Kawn-kawan...tentunya kita takkan pernah melupakan bahwa untuk sebuah status merdeka, darah telah banyak ditumpahka oleh para leluhur kita dan itupun tidak dengan waktu yang singkat. Butuh puluhan tahun agar dunia mengetahui eksistensi kebesaran negara ini. Tentunya sudah menjadi keniscayaan bagi kita semua untuk tetap menjaga dan meneruskan kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para leluhur kita tersebut. Mungkin ada benarnya yang dikatakan bapak proklamator kita, Soekarno “ perang yang kami lakukan lebih mudah dibanding kalian karena perang kami mengusir penjajah sedang perang yang akan kalian lakukan adalah perang melawan bangsa sendiri.” Ini tentu dapat dijadikan pedoman untuk kita semua, agar kita selalu waspada terhadap segala kemungkinan yang ada sat ini, mungkin sat in yang ada di samping kita adalah teman tapi kita tak tahu, apakah selamanya dia akan tetap menjadi teman?? Ini bukan prasangka tanpa dasar, in didasarkan pada kenyataan banyaknya anggota dewan yang sebelum ia dipilih, dengan lantangnya ia berteriak untuk memperjuangkan tetapi setelah terpilih ia kemudian secara sengaja melupaka janji mereka.

Sebentar lagi kita akan memperingati hari dimana Indonesia menjadi tumpah darah kita semua, kita para pemuda tentunya harus lebih memberi apresiasi terhadap peringatan itu, karena 82 tahun yang lalu, para wakil dari berbagai bangsa yang ada di Indonesia berkumpul bersama untuk mermusyawarah tentang penyatuan segala unsur bangsa ini menjadi Indonesia Raya. Sumpah Pemuda, harusnya memberi motivasi kepada kita semua para pemuda Indonesia untuk bisa lebih aktif, lebih produktif mnjalankan amanat dan cita-cita Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945. Revolusi belum selesai kawan....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar