Senin, 07 Oktober 2013

Drama Musikal "Jahiliyah" Sebuah Kritik Bagi Agama dan Penguasa

Pada 5-6 Oktober 2013 kemaren Komunitas Seni Pertunjukan Islam telah mementaskan produk perdananya, Konser Drama Musik "Jahiliyah" di Concert Hall, Taman Budaya Yogyakarta. Pertunjukan yang disutradarai oleh Kubrow Yulianto merupakan sebuah tafsiran dari naskah yang ditulis oleh Hamdy Salad, salah seorang seniman kawakan yang merasa khawatir dan gusar atas berbagai polemik yang ada di negeri kita, mulai dari dangkalnya pemaknaan agama para pemeluknya yang menyebabkan berbagai kisruh antar umat beragama dan kepercayaan, keserakahan para penguasa dan bobroknya pola pikir mereka (korupsi, rebutan kekuasaan, dll) serta maraknya penindasan secara mental terhadap generasi bangsa.
Dengan mengambil icon sebuah "otak manusia", pertunjukan drama yang berlangsung selama kurang lebih satu setengah jam tersebut ingin menyampaikan tentang bentuk nafsu manusia yang dari dulu hingga sekarang menjadi virus yang mengarahkan pola pikir manusia kearah Jahiliyah dalam bahasa Cak nun "Logikanya gak jalan sehingga tak tahu benar dan salah, wong saiki ora reti bedane roti karo tai".
Dalam drama tersebut, kita diajak untuk lebih peka dalam mensikapi virus jahiliyah yang tumbuh subur dan berkembang pesat dari zaman ke zaman. Kita diajak untuk selalu waspada dalam menyikapi berbagai gejala dengan cara mengontrol hawa nafsu yang telah dititahkan Tuhan untuk menemani hidup manusia. Salah satu tokoh yang bernama Dabba, merupakan cerminan bagi manusia yang telah terlilit nafsu, sehingga dalam pikirannya hanya ada kekuasaan, keserakahan dan mental menindas yang selalu menyengsarakan sesama.
"Aku ada karena dunia ada. Segala yang berawal dan berakhir dalam otak kepala adalah duniaku. tak ada Tuhan dan setan, tak ada sorga dan neraka: Dabba Sang Penguasa!!!"
Sosok ini menggambarkan akan seorang pemimpin, entah pemimpin negara, para borjuis, para pemuka agama atau siapaun, yang memiliki pola pikir jahiliyah. pola pikir yang menyeret jiwa manusia pada kesesatan dan kesengsaraan abadi.
Di dunia nyata, mereka yang jahiliyah adalah orang-orang yang bermental kerdil, berpola pikir sempit, hanya mencari keuntungan pribadi dan mencari kesenangan semu dalam hidup. Tentunya tidak sedikit kita jumpai pemimpin atau mereka yang memiliki kekuasaan berlaku "bodoh" dalam menentukan berbagai kebijakan dan selalu saja berbuat curang dalam kehidupan. Maraknya berbagai kasus korupsi di negeri ini, menunjukkan bahwa mental jahiliyah masih benyak bersarang di otak para pemimpin kita. Belum lagi kisruh politik yang lainnya. Mereka yang paham dan mengerti hukum perundang-undangan dan tata negara, justru berusaha melanggarnya dan sepertinya undang-undang mereka buat layaknya guyon belaka.
Dalam agamapun tak jauh berbeda, mereka yang masyhur dalam ilmu agama atau 'alim kadang malah menjadikan dalil agama sebagai pembenar golongan masing-masing yang dipimpinya. Itulah mengapa masih saja banyak terjadi bentrok serta kerusuhan yang bernuansa agama. Agama yang seharusnya menjadi jalan keselamatan menuju sang pencipta, direkayasa sedemikian rupa sehingga umat terpecahbelah dan tumbuhlah fanatisme negative dari setiap pemeluknya. Perang dan perang yang mereka gemborkan, padahal agama mengajarkan kedamaian. Dalam masyarakat umum, tingkat pelanggaran terhadap norma-norma sosial juga masih sangat tinggi. Bebagai tindak kriminal, pengrusakan lingkungan, pembakaran hutan, tawuran, dan semacamnya masih banyak kita jumpa di sekitar kita. Ini karena kurangnya kontrol antar sesama. Terlalu jahiliyah pola pikir kita.
Dalam pementasan, Rabba menjadi orang yang melawan akan kejahiliyahan sang Dabba. kita diajak olehnya untuk menentukan kemana kita harus melangkah, karena kita sendirilah yang menentukan akan keimanan kita dan kekafiran kita. "Kau harus memilih, menjadi kafir atau beriman” Diawali dari diri sendiri untuk mengendalikan pola pikir kita dan mengarahkanya ke jalan Tuhan.
Jahiliyah akan ada sepanjang zaman, tetapi risalah Tuhan akan senantiasa menuntun manusia untuk meniti jalan keselamatan.

KETAKLUKAN
cipt. Kubroglow, Santi Giana

Kumasuki duniamu
seperti seorang pengatin
pecah embun pagi
bawa pesta hingga larut malam
aku tak berdaya
aku tak kuasa
untuk menolak
gemerlapmu dunia
ku tak mau sepi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar